Tren Dakwah dan Hijrah Generasi Milenial


Tren Dakwah dan Hijrah Generasi Milenial

Karya : Jannatun Nikmah H.N.

Tren hijrah dikalangan generasi milenial adalah hal yang sangat patut disyukuri. Banyak pemuda yang berhijrah dari awalnya dia tidak tahu apa-apa tentang agama islam jadi tahu. Hijrah dari generasi ini bisa berawal dari kisah percintaan, pertemanan, kekecewaan, sehingga  terpicu untuk merubah diri menjadi lebih baik, apalagi terkait perjodohan ada dalil bahwa “Umumnya Laki-laki yang baik untuk wanita yang baik, begitu pula sebaiknya”. Hal ini merupakan moodbooster bagi mereka yang dimana usianya pada rentang remaja sampai dewasa muda.
Tren hijrah pun mulai berkembang semakin pesat dikalangan para generasi milenial. Dimana generasi milenial ini hidup  pada zaman teknologi semakin canggih, bahkan apapun bisa diakses. Mudahnya akses ini berdampak positif bagi para pendakwah dan masyarakat. Ceramah yang dulunya dengan model konvensional, duduk bersama dengan Ustadz belajar ilmu agama, sekarang sudah dapat diakses melalui sosial media seperti youtube, instagram, dan lainnya. Ini langkah yang luar biasa oleh para Ustadz dan timnya agar generasi muda selain dia aktif berselancar di dunia maya juga dapat mengakses ilmu agama, walaupun duduk belajar bersama ustadz itu lebih banyak pahalanya dibandingkan hanya melihat disosial media.
Komunitas hijrah pun mulai bermunculan, banyak anak muda yang ikut didalamnya seperti komunitas hijrah yang sistemnya hanya sharing ilmu sampai komunitas yang didalamnya selain ada dakwah diselingi seperti olah raga, permainan dan semacamnya untuk memicu semangat generasi milenial yang berhijrah. Selain para Ustadz dan guru kita yang mulia yang berdakwah, anak muda juga mulai berkarya dalam dakwah menyampaikan kebaikan dengan bermacam-macam model, seperti komik, dan video singkat bahkan juga merepost video ceramah yang disampaikan ustadz. Selain itu, peran lingkungan dan teman juga merupakan hal yang penting karena akan berdampak pada seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Disamping itu, bertolak belakang dari banyaknya orang yang hijrah, fenomena menjudge juga terjadi. Fenomena ini juga perlu disoroti dan diperbaiki. Seseorang yang baru berhijrah tidak akan suka kalau dia di judge secara kasar walaupun yang disampaikan itu benar. Meyakini dan menghargai perbedaan sangatlah penting. Seseorang yang belum hijrah atau yang masih dalam tahap awal hijrah, dia akan sulit menerima dakwah yang sangat sensitif dan keras. Inilah yang menjadi perhatian teman-teman yang sudah lama hijrah lebih dulu untuk tetap menjaga kelembutan. Saling mengingatkan itu adalah kewajiban setiap muslim. Dia yang mengingatkan temannya merupakan wujud rasa kasih sayang agar temannya beragama sesuai Al-Qur’an dan Sunnah. Akan tetapi, fenomena menjudge malah membuat teman kita yang kita ajak malah menjauh, sampai ada yang berkata “saya tidak ingin lagi hijrah, tidak ingin seperti dia, lebih baik saya sama sekali tidak usah hijrah dari pada baru hijrah sudah dikomentari macam-macam”. Ketika hal ini terdengar, sungguh sangat menyayat hati. Sikap kita yang keras, bukannya mengajak dia untuk ikut malah membuat dia takut untuk mendekat. Para Ustadz sering menyampaikan bahwa ajarkan kebaikan dan nasehati seseorang dengan cara yang sangat lembut, sikap yang baik, jika kita bukan Ustadz jangan bersikap menggurui tapi jadilah teman yang menyayangi temannya, dengan pendekatan itu saya rasa akan membuat seseorang nyaman ketika diberi nasehat, dan yang kita sampaikan akan dapat dipahaminya. Rasulullah SAW merupakan tauladan terbaik sepanjang zaman, kita lihat dakwah yang dilakukan Rasulullah dipenuhi dengan kelembutan karena Islam adalah agama yang lurus dan menghadirkan kedamaian yang abadi. Bagaimana bisa sesuatu yang mendamaikan kita campur adukkan dengan perkataan kasar dan keras kepada saudara kita. Jika agama Islam ini didakwahkan dengan kelembutan insyaAllah dia yang kita ajak dan nasehati akan merasa tenang dan ikut bersama kita untuk berhijrah menuju cintanya Allah dan Rasulullah. Bukankah Allah sudah menyampaikan dalam firmannya “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. An-Nahl : 125). Walaupun pada akhirnya nanti ada teman kita yang memang tidak sependapat, hal ini wajar karena hakikat manusia itu unik dan berbeda-beda, maka hargailah dan jangan menghina sehingga membuat dia jauh dari kita tapi rangkul dia dan tetap bersatu untuk menuju surganya Allah.
Hal yang perlu ditanamkan pada generasi milenial bahwa Islam adalah agama yang lurus, indah dan membawa kedamaian, kebahagian dunia dan akhirat, serta keanekaragaman pendapat seserorang harus kita hargai, bukan malah dijauhi, akan tetapi tetap kita rangkul agar dia tidak salah jalan. Hal ini dapat dilakukan melewati dakwah, komunitas hijrah yang akan menarik perhatian para pemuda masa kini untuk lebih meyakini islam dihati dan menghargai keanekaragaman manusia dibumi dan saling mencintai dalam ukhuwah islamiyah dan terpacu untuk menjadi generasi islam yang sesuia syari’at, berprestasi dan bukan islam yang biasa saja tapi islam yang luar biasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IBU

Musafir Merindu